Selasa, 06 Januari 2009

Makna Simbolik Sajian Imlek

Sebentar lagi Imlek nih! tau ngga kalau pada saat Imlek itu ada sajian-sajian khusus yang mesti ada? sebelum kita belajar tentang sajian imlek, mari sedikit mengenal tentang Imlek!

Imlek atau Sin Tjia merupakan tradisi perayaan para petani di Cina yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru.


Perayaan ini juga berkaitan dengan pesta para petani untuk menyambut musim semi. Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama.

Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta, dan perayaan Cap Go Meh. Tujuan dari persembahyangan ini adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.

Sejarah Imlek di Indonesia

Di Indonesia sendiri, Imlek sebenarnya tidak ada kaitannya dengan perayaan musim semi. Sejak dulu masyarakat Tionghoa hanya mengenal Imlek sebagai tahun barunya orang Tionghoa. Bagi masyarakat Tionghoa tahun baru Imlek erat kaitannya dengan sembahyang Tahun Baru, sembahyang Tuhan, sembahyang di klenteng, pakaian baru, makan enak bersama keluarga, paycia, angpao, barongsay, petasan, keranjang dan cap gomeh berikut gotong tepekong.

Perayaan Imlek di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda hingga masa presiden Soekarno. Namun, pada pemerintahan Soeharto, perayaan Imlek kemudian dilarang dengan dikeluarkannya Inpres No.14/1967, tepatnya pada tanggal 6 Desember 1967.

Dalam Inpres tersebut, ditetapkan bahwa seluruh upacara agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa hanya boleh dirayakan di lingkungan keluarga dan dalam ruangan tertutup. Dengan demikian, segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut, termasuk barongsay, cap go meh, dan pecun.

Lalu, pada 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keppres No.6/2000 tentang pencabutan Inpres N0.14/1967 tentang agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Dengan ketetapan ini, masyarakat Tionghoa sekarang diberi kebebasan untuk merayakan upacara-upacara agama dan adat istiadatnya seperti Imlek, Cap go meh dan sebagainya secara terbuka.

Selanjutnya, pada masa Presiden Megawati mengumumkan mulai 2003, Imlek menjadi hari Nasional. Pengumuman ini ditindak lanjuti dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002 tanggal 9 April. Ketetapan ini awalnya sangat kontroversial, karena Indonesia sebelumnya hanya mengenal hari libur untuk hari kemerdekaan dan hari suci agama, bukan tahun baru etnis.

Makna Sajian Imlek
Bentuk persembahan / sajian Imlek biasanya berupa aneka jenis makanan sebagai ucapan tradisi dan permohonan rejeki. Berbagai makanan tersebut dianggap mengandung filosofi tradisi nenek moyang, yang dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi anak cucu.

Buah
Ada buah-buahan yang wajib hadir, setiap buah yang disajikan mempunyai arti. Biasanya buah-buahan ini dihiasi dengan atau dibungkus dengan kertas minyak warna merah. Seperti jeruk bali, jeruk lokam, tebu, pisang, delima, dan srikaya.

Ada arti dibalik ini. Pisang raja, maksudnya agar nasibnya seperti raja, tebu karena rasanya manis, harapannya akan selalu disukai orang, buah delima, harapannya semoga dilimpahi rejeki, karena bijinya seperti berlian, jeruk bali, sebagai lambang persatuan (masih lengkap dengan tangkai dan daunnya), sedangkan srikaya, maksudnya buah makin banyak biji, makin banyak rejeki.

Cokelat dan Permen
Imlek identik dengan makanan manis. Dan tak lengkap rasanya jika tidak memasukkan dan aneka permen. Cokelat dan permen beragam bentuk ini, khusus diimpor dari Swiss. Untuk aneka jelly yang berasal dari Malaysia. Jika dulu permen dibuat bersusun seperti tusuk sate, sekarang lebih praktis karena dikemas plastik.

Manisan
Manisan buah tergolong paling laris karena termasuk makanan wajib disajikan untuk sembahyangan. Manisan tersebut dikemas dalam kotak segi enam, atau disebut tak sien kho, didalamnya, berisi delapan macam manisan, yaitu kana, lie merah, kurma, lie kuning, sun thai lie, kim kit ket, dan jeruk kering.

12 Macam Kue
Setiap acara sembahyang ada sajian 12 macam kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Kue-kue ini tidak pernah dilupakan kala sembahyangan dan menyambut datangnya imlek. 12 jenis kue itu adalah, kue keranjang, kue moho atau mangkok, kue ku warna merah, kue lapis, wajik (warna merah atau cokelat gula merah), kue nagasari, kue bugis, kue lemper (dibungkus sepeti burung), madu mongso, bongko, coro bikang, dan ketan tetal.

Sumber : seasite.nie.edu, community.siutao.com

2 komentar:

  1. kalo imlek, keluarga gw suka dikasih kue keranjang sama tetangga yang suku tionghoa...padahal di rumah nggak terlalu suka, wkwkwk...

    BalasHapus