Suatu percobaan pernah dilakukan untuk menyelidiki kemampuan matematika sejak usia berapa manusia mengerti ilmu matematika. Dalam percobaan tersebut, sekelompok bayi yang berusia 5 sampai 7 bulan ditempatkan di depan panggung berukuran kecil, dan diperlihatkan permainan boneka.
Pertama, boneka beruang dimunculkan di panggung. Kemudian, sebuah layar diturunkan untuk menutupi panggung sehingga boneka tersebut tidak terlihat oleh bayi-bayi tersebut. Lalu sebuah tangan muncul di depan layar tersebut sambil memegang boneka beruang lain.
Selagi para bayi sedang memperhatikan, tangan yang memegang boneka beruang kedua pindah ke belakang layar dan tangan tersebut kembali muncul ke depan layar tanpa memegang boneka beruang lagi. Layar kemudian diangkat sehingga tampak 1 atau 2 boneka beruang. Secara menakjubkan, bayi-bayi tersebut menunjukkan rasa terkejutnya saat layar diangkat, karena hanya menunjukkan 1 boneka beruang.
Rasa terkejut para bayi itu timbul dari kenyataan bahwa bayi menyimpulkan bahwa jika boneka pertama (sebelum layar ditutup) layar ditambahkan boneka yang kedua maka akan didapatkan 2 buah boneka. Bagi si bayi, melihat 1 boneka merupakan hal yang tidak ia duga. Dengan kata lain : 1+1 tidak sama dengan 1.
Percobaan yang lainnya menunjukkan bahwa bayi mengetahui 1+1 tidak sama dengan 3. Seperti percobaan sebelumnya, tangan tersebut hanya menambahkan 1 boneka, tetapi ketika layar diangkat, tampak 3 buah boneka beruang, bukan 2 boneka. Sekali lagi, bayi-bayi tersebut memperlihatkan keterkejutannya terhadap hasil yang tidak mungkin itu. Tingkah laku tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengharapkan untuk melihat lebih, tapi juga mereka mengetahui berapa banyak jumlah lebihnya.
Percobaan lainnya yang serupa memperlihatkan kemampuan si kecil untuk melakukan pengurangan. Si kecil diperlihatkan 3 buah boneka beruang yang menari di panggung, dan kemudian sebuah layar diturunkan untuk menutupi ketiga boneka tersebut. Sebuah tangan dengan gerakan cepat mengambil salah satu boneka dari belakang layar. Namun, ketika layar tersebut diangkat, ketiga boneka tersebut masih ada. Sekali lagi, bayi-bayi tersebut memperlihatkan keterkejutannya terhadap hasil itu. Mereka menghitung 3-1, dan mengharapkan untuk melihat boneka yang jumlahnya 2, bukan 3 boneka.
Percobaan-percobaan diatas menunjukkan bahwa pada usia 5 Bulan, bayi sudah memahami ilmu matematika.
Suatu penelitian yang cukup memikat dan patut ditiru juga sebagai pengembanagn kecerdasan bayi.
BalasHapusLucu ya. Padahal bayi segitu kan biasanya ibunya nggak keliatan bengok2 dikira si ibu ilang...
BalasHapuskalo nggak salah ada yang bilang tentang perkembangan otak bayi *setelah dilahirkan* itu pesat dari usia sekian sampe sekian, jadi usia segitu faktor kritis...kalo nggak salah...
BalasHapusdan setau gw, bayi itu menyerap informasi lebih banyak dibanding orang dewasa, jadi orangtua/sekitar harus agak2 hati-hati terutama dalam perbuatan dan perkataan, karena bayi akan menyimpan semua memori.
(pernah ada kasus ibu2 gak bisa coitus,padahal gak ada masalah sebelumnya, ternyata setelah dihipnoterapi, baru ketauan kalo si ibu ini waktu bayi melihat orangtuanya koitus dan menyimpan informasi : koitus itu menyakitkan)
percobaan yang menarik .. saya baru sadar bayi umur segitu ternyata sudah mengerti matematika...
BalasHapusnice article..
;;) oh ya...masa sih??
BalasHapusI agree too..thanks for information...;)
BalasHapusgak mudeng q, bisa dijelasi secara rinci?
BalasHapustrim